Wednesday, March 14, 2007

Dagang Daging Perempuan

Kemarin, sepulang kerja, gue ketemu segelintir teman di sebuah kafe bermenu utama kopi. Karena alasan pertemuan dadakan itu memang tidak jelas sedari mula, arah pembicaraan pun sama tidak jelasnya. Awalnya, biasa lah, mereka cerita soal kesuksesannya menjalani profesi sebagai arsitek-arsitek muda berbakat dan ternama. Dapat klien orang-orang terkenal, bekerja dengan sederetan nama yang kerap menghiasi media massa. Sementara gue?? Gue adalah media massa itu, yang harus puas dengan punya kesempatan menulis tentang mereka, which is temen-temen gue sendiri. Malang sekali dan patut dikasihani.

Semakin larut, pembicaraan makin melenceng dari gemerlap dunia karir. Ada sebuah topik yang sampai sekarang masih menancap dalam di otak gue. Kata seorang kawan, ada sebuah biro jasa di negara George Bush sana yang menyediakan wanita-wanita supercantik dan elegan untuk ditawarkan kepada para lelaki kaya raya. Wanita-wanita itu direkrut berdasarkan tiga kategori: cantik-smart, cantik-seksi, cantik-something (temen gue lupa…damn!!). Setelah melalui proses rekrutmen panjang dan lolos tahap ‘ospek’ mereka digembleng menjadi pribadi yang layak bersanding dengan sang milyuner. Ditempa di panas Kawah Candradimuka dan dalam Samudera Hindia untuk rentang waktu yang tidak terbilang singkat, betina-betina super itu bisa kian tajam menancapkan cakar pada lengan lelaki yang kelak akan selalu digandengnya. Pangsa pasarnya? Bisa lelaki kaya yang minder pada istri yang betisnya sedikit ternoda saking panasnya bermain di ranjang, bisa lelaki kaya yang ingin semakin kaya dengan kehadiran sang wanita super (karena bisnis pasti lebih lancar jika wanita cantik turut serta), bisa lelaki kaya yang merasa tidak cukup kaya untuk memperistri wanita super. Pokoknya lelaki kaya!!

“Jadi, mereka seperti berinvestasi pada wanita. Membeli dengan harga tinggi untuk prospek yang lebih cerah,” kata si teman. Para aktivis perempuan pasti berang mendengar usaha yang dijalankan biro jasa tersebut. Perdagangan perempuan, mungkin memang begitu adanya. Tapi gue justru melihatnya sebagai satu lagi daya magis perempuan. Laki-laki paling berkuasa di dunia sekalipun tidak bisa mendapatkan wanita idaman dengan cara ‘normal’. Mereka harus menguras brankas dan bahkan rela menanggung malu jika suatu ketika kolega mereka tahu kalau si wanita super adalah ‘barang dagangan’ yang dipilih dari buku katalog. Menurut gue, perempuan benar-benar menjajah laki-laki dalam hal ini. Si pejantan setengah mati mendapat betina sementara betina tinggal mengoptimalkan apa yang melekat dalam dirinya untuk menghipnotis para pejantan.

Terbayang, bagaimana dengan wajah dan hati dingin, nihil emosi, sangat profesional, wanita-wanita itu menghiasi tiap pojok kenikmatan lelaki. Memikirkan itu membuat gue merasakan sensasi menakjubkan yang terlalu kotor untuk diungkap. Kalimat penutup dari temen gue, “Biar bagaimanapun, pencapaian laki-laki ujung-ujungnya dilihat dari kesuksesannya menggaet perempuan cantik nan seksi.”

Labels: