Thursday, January 15, 2009

Jakarta memang semakin sumpek. Buktinya, ada sesak di setiap tarikan napas. Sesaknya begitu konkret sampai perih di ulu hati. Polusi Jakarta memang semakin tak terbendung. Buktinya, sulit sekali meredam air mata yang tak tahan ingin mengucur. Pedih. Jakarta terlalu bingar hingga aku harus menutup wajahku dan mencari pojok untuk menyendiri. Tapi Jakarta terlalu sempit, aku tidak bisa sembunyi. Selalu bertemu derita yang itu-itu lagi. Salahkan saja Jakarta.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home